Daun pacar atau
Inai dan bahkan ada yang menyebutnya dengan Henna, adalah tumbuhan yang
biasa digunakan kaum wanita untuk menghias kuku. Sudah sejak jaman dulu,
wanita di Semenanjung Medeterania, Melayu dan juga Indonesia
menggunakan daun tersebut untuk mewarnai kuku agar terlihat cantik.
Selain untuk mewarnai tangan dan kaki, daun inai juga berguna untuk
mengobati luka ringan seperti kulit tergores dan sebagainya.
Sebagian
besar prosesi pernikahan tradisional di beberapa daerah yang ada di
Indonesia memasukan ritual pemakaian daun pacar sebagai salah satu
ritual pernikahan. Masing-masing daerah memiliki arti dan makna
tersendiri untuk ritual tersebut, meski di masa sekarang ritual ini
dianggap oleh sebagian kalangan masyaarakat Indonesia sebagai pelengkap
prosesi pernikahan suatu adat semata. Apa saja makna dan arti dari
ritual memakai inai atau daun pacar tersebut?
Malam Bohgaca dari Aceh
Arti dari Malam
Bohgaca adalah Malam Berinai (mengenakan pacar atau inai) dan dilakukan
sebelum akad nikah dilangsungkan. Daun pacar/ inai melambangkan isteri
sebagai obat pelipur lara sekaligus sebagai perhiasan rumah tangga. Daun
pacar yang sudah di lepas dari tangkainya, ditempatkan dalam piring
besar kemudian ditumbuk. Daun pacar ini akan dipakaikan beberapa kali
sampai menghasilkan warna merah yang terlihat alami.
Malam Bainai dari Minangkabau
Malam Bainai di
Minangkabau adalah malam seribu harapan, seribu doa bagi kebahagiaan
rumah tangga anak daro yang akan melangsungkan pernikahan esok harinya.
Tumbukkan daun inai atau daun pacar, di torehkan pada kuku calon
mempelai oleh orang tua, ninik mamak, saudara, handaitaulan dan
orang-orang terkasih lainnya.
Berinai dari Riau
Pada malam hari
sebelum upacara pernikahan dilakukan, maka diadakan pemakaian daun inai
pada kedua mempelai. Tujuan upacara ini adalah untuk menolak bala dan
melindungi pasangan pengantin dari marabahaya, memunculkan aura dan
cahaya calon pengantin dan memunculkan wibawa pengantin pria.
Berpacar dari Palembang
Upacara berpacar
adalah mewarnai seluruh kuku tangan dan kaki, juga telapak tangan dan
telapak kaki yang disebut pelipit menggunakan daun pacar atau inai.
Kesan merah pada pacar berguna untuk mengusir segala jenis makhluk
halus, dan daun pacar sendiri dipercaya mempunyai kekuatan magis untuk
memberi kesuburan bagi pengantin perempuan.
Pasang Pacar dari Lampung
Acara Pasang Pacar
biasanya dilakukan satu hari, usai acara Betanges (mandi uap) dan
Berparas (menghilangkan bulu-bulu halus & membentuk alis agar sang
gadis terlihat cantik menarik). Hal ini juga akan mempermudah sang juru
rias untuk membentuk cintok pada dahi dan pelipis calon pengantin
wanita. Kemudian dilanjutkan dengan acara Pasang Pacar (inai) pada
kuku-kuku agar penampilan calon pengantin semakin menarik pada keesokan
harinya.
Malem Pacar dari Betawi
Acara Malem Pacar
dilakukan usai Prosesi Ngerik atau mencukur bulu kalong dan membuatkan
centung pada rambut di kedua sisi pipi di depan telinga. Acara Malem
Pacar adalah malam mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya
dengan pacar.
Akkorotigi/Mapacci dari Bugis-Makassar
Upacara ini
merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai. Daun
pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang
pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau
Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan
meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang
diminta meletakan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan
sosial yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam
Mappaci dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah
masing-masing calon mempelai.
Sumber : http://www.bidakaraweddingexpo.com/pernikahan-melayu-makna-dibalik-ritual-inai-daun-pacar/
No comments:
Post a Comment